Tuesday, December 30, 2014

Masa Sejarah Dakwah Islam di Mekah

Sejarah dakwah Islam di Mekah sebenarnya sudah dimulai sejak Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya di Gua Hira sekitar tahun 610, mengingat Mekah sendiri adalah daerah tempat Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun 570 dengan ayah yang sudah meninggal dunia 6 bulan sebelum ia dilahirkan. Nama kecil Nabi Muhammad ialah Abu al-Qasim Muhammad ibnu Abdullah ibn Abdul Muttalib ibnu Hashim, dan sejak kecil ia tinggal oleh kakeknya, Abu Talib.

Masa Sejarah Dakwah Islam di Mekah

Masa-Masa Dakwah Islam di Mekah
Sejarah dakwah Islam di Mekah dimulai ketika Nabi Muhammad mulai menginjakkan usianya yang ke-40. Selama masa itu, Muhammad selalu menghabiskan waktunya sendirian hanya untuk berdoa dan mempertanyakan teori penciptaan baik itu tentang alam semesta maupun tentang manusia itu sendiri. Di masa ini juga ia mulai merasa bahwa kesenjangan sosial, perang antar suku, penyalahgunaan kekuasaan, diskriminasi, dan ketidak adilan antara masyarakat mulai memprihatinkan. Orang-orang yang ada di sekitarnya mulai terdegenerasi moralnya, dan hal ini semakin menguatkan Muhammad untuk mengasingkan dirinya ke Gunung Hira yang memiliki jarak 3 mil dari Mekah hanya agar ia bisa berefleksi dan berkontemplasi. Dipercaya pada masa kontemplasi yang cukup lama di tahun 610 ini jugalah muncul malaikat Jibril tepat di hadapan Muhammad membawa wahyu dari Allah S.W.T yang berbunyi “bacalah!”

Hal yang ia alami ini tentu membuatnya kaget. Muhammad yang saat itu telah menikah dengan seorang janda kaya bernama Khadijah kemudian pulang dan berbincang tentang hal itu dengan istrinya. Ia dan istrinya kemudian setuju untuk pergi ke rumah sepupu Khadijah yang bernama Waraqah ibnu Naufal, seorang ahli agama. Waraqah tertarik pada kisah yang diceritakan Muhammad ketika mereka bertemu, dan berkata bahwa yang mendatangi Muhammad ialah Namus yang dahulu kala pernah dikirimkan oleh Allah kebada nabi Musa. Waraqah kemudian menambahkan, bahwa ada kemungkinan besar Muhammad akan diusir dari Mekah, karena itu yang selama ini terjadi kepada utusan-utusan Allah yang sebelumnya. Setelah berkata seperti itu, Waraqah berjanji bahwa jika umurnya panjang, dia akan dengan senang hati membantu Muhammad. Sayangnya, Waraqah wafat tidak lama setelah itu.

Sejarah dakwah Islam di Mekah dimulai, dan tentu saja lama kelamaan mulai muncul oposisi ketika Muhammad menyampaikan ayat yang melarang sesembahan berhala dan mengutuk orang tua-orang tua yang ada di Mekah karena mereka menyembah lebih dari satu tuhan (politeisme). Seiring berkembangnya Islam dan pengikutnya semakin banyak, keberadaan Muhammad mulai dilihat sebagai ancaman bagi para ketua suku dan penguasa kota yang kekayaannya bergantung pada Ka’bah, titik kunci pada kehidupan beragama orang-orang Mekah yang akan digulingkan oleh Muhammad. Penyerangan Muhammad kepada agama tradisional Mekah dinilai sebagai penghinaan terutama kepada sukunya sendiri, suku Quraysh, karena mereka merupakan penjaga dari Ka’bah. Orang-orang Quraysh kemudian berusaha membujuk Muhammad menghentikan dakwahnya dengan menjanjikan ia tempat di antara lingkaran saudagar yang dengan tegas ia tolak.

Selama masa dakwah di Mekah, beberapa sumber sejarah menyatakan bahwa banyak terjadi diskriminasi pada Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Yang dipercaya sebagai martir pertama dalam Islam adalah Sumayyah binti Khabbab yang merupakan budak dari pemimpin Mekah saat itu, Abu Jahal. Ia terbunuh dengan tombak yang digunakan oleh tuannya ketika ia menolak untuk meninggalkan Islam. Salah satu budak yang kisahnya cukup terkenal ialah Bilal yang dipercaya telah disiksa oleh Umayyah ibnu Khalaf dengan cara meletakkan batu berat di bagian dadanya untuk memaksanya berpindah agama. Untuk Muhammad sendiri, selain cercaan, ia dilindungi karena merupakan bagian dari Bani Hashim. Pada tahun 617, pemimpin Makhzum dan Bani Abd-Shams mendeklarasikan boikot terbuka terhadap Bani Hashim dengan tujuan agar mereka menghentikan perlindungan terhadap Muhammad. Sayangnya, boikot ini hanya dapat bertahan tiga tahun karena tujuannya gagal.

Pada tahun 619, sejarah dakwah Islam di Mekah terhenti karena tahun tersebut dikenal dalam islam sebagai tahun berkabung. Mengapa tahun berkabung? Di tahun itu, istri Muhammad, Khadijah, dan pamannya, Abu Talib, meninggal dunia. Dengan meninggalnya Abu Talib, kepemimpinan Banu Hashim berpindah tangan kepada Abu Lahab yang merupakan musuh besar Muhammad. Tidak butuh waktu lama sebelum Abu Lahab akhirnya menarik perlindungan yang diberikan oleh Bani Hashim. Penarikan perlindungan yang dilakukan Abu Lahab ini menempatkan Muhammad dalam situasi yang berbahaya, dimana kemudian Muhammad mencoba pergi ke luar Mekah untuk mencari pelindung baru, namun gagal. Pada masa itu, untung saja ada beberapa orang yang datang dari Yathrib (nantinya berganti nama menjadi Madinah) yang datang untuk bertemu Muhammad dan menganjurkan Muhammad untuk bermigrasi ke Yathrib. Hal ini disetujui dan Muhammad juga menganjurkan pengikutnya untuk ikut pergi bersamanya. Kejadian ini kemudian oleh umat Islam dikenal dengan nama Hijrah.

Perpindahan Muhammad ke Madinah membuat Islam maju sangat pesat, terutama karena Madinah sudah terbiasa dengan sistem agama monoteis karena adanya komunitas Yahudi di sana. Meski begitu, tetap ada masalah yang terjadi seperti misalnya kaum Yahudi yang sama sekali tidak mengakui kenabiannya karena bukan keturunan David. Sejarah dakwah Islam di Mekah sendiri baru berlanjut ketika umat Muslim pada masa itu berhasil memenangkan sejumlah perang sebelum akhirnya melakukan penundukkan Mekah pada tahun 630 dengan pasukan berjumlah 10.000 orang. Dengan jumlah tersebut, pasukan Muhammad mengalami hanya sedikit korban dan berhasil menaklukkan Mekah. Muhammad memberi amnesti akan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Mekah pada tahun-tahun sebelumnya kecuali 10 orang yang bersalah atas pembunuhan atau apapun yang memulai perang dan mengganggu kedamaian. Pada masa ini, hampir seluruh Mekah masuk agama Islam.
selengkapnya...